Thursday, May 12, 2011

Kisah Khabab bin Arath

KHABBAB BIN ARATS
GURU BESAR DALAM BERQURBAN

Serombongan orang Quraisy mempercepat langkah mereka menuju rumah Khabbab, dengan maksud hendak mengambil pedang-pedang pesanan mereka. Memang, Khabbab seorang pandai besi yang ahli membuat alat-alat senjata terutama pedang, yang dijualnya kepada penduduk Mekah dan dikirimnya ke pasar-pasar.Berbeda dengan biasa, Khabbab yang hampir tidak pernah meninggalkan rumah dan pekerjaannya, ketika itu tidak dijumpai oleh rombongan Quraisy tadi di rumahnya. Mereka pun duduklah menunggu kedatangannya.Beberapa lama antaranya, datanglah Khabbab, sedang pada wajahnya terlukis tanda tanya yang bercahaya dan pada kedua matanya tergenang air alamat sukacita ..., maka diucapkannya salam kepada teman-temannya itu lalu duduk di dekat mereka.Mereka segera menanyakan kepada Khabbab: "Sudah selesaikah pedang-pedang kami itu, hai Khabbab?" Sementara itu air mata Khabbab sudah kering, dan pada kedua matanya tampak sinar kegembiraan, dan seolah-olah berbicara dengan dirinya sendiri, katanya: "Sungguh, keadaannya amat mena'jubkan!"Orang-orang itu kembali bertanya kepadanya:"Hai Khabbab, keadaan mana yang kamu maksudkan ...? Yang kami tanyakan kepadamu adalah seal pedang kami, apakah sudah selesai kamu buat ... ?"Dengan pandangannya yang menerawang seolah-olah mimpi, Khabbab lain bertanya: "Apakah tuan-tuan sudah melihatnya …? Dan apakah tuan-tuan sudah pernah mendengar ucapannyaMereka saling pandang diliputi tanda tanya dan keheranan .... Dan salah seorang di antara mereka kembali bertanya, kali ini dengan suatu muslihat, katanya: "Dan Bamu, apakah kamu sudah melihatnya, hai Khabbab ... ?"Khabbab menganggap remeh siasat lawan itu, maka ia berbalik bertanya: "Siapa maksudmu ... ?""Yang saya tuju ialah orang yang kamu katakan itu!" ujar orang tadi dengan marah.Maka Khabbab memberikan jawabannya setelah memperlihatkan kepada mereka bahwa ia tak dapat dipancing-pancing.Jika ia mengakui keimanannya sekarang ini di hadapan mereka, bukankah karena hasil muslihat dan termakan umpan mereka, tetapi karena ia telah meyakini kebenaran itu serta menganutnya, dan telah mengambil putusan untuk menyatakannya secara terus terang .... Maka dalam keadaan masih terharu dan terpesona serta kegembiraan jiwa dan kepuasannya, disampaikanlah jawaban, katanya:"Benar..., saya telah melihat dan mendengarnya... !Saya saksikan kebenaran terpancar daripadanya, dan cahaya bersinar-sinar dari tutur katanya .... !"Sekarang orang-orang Quraisy pemesan senjata itu mulai mengerti, dan salah seorang di antara mereka berseru: "Siapa dia orang yang kau katakan itu, hai budak Ummi Anmar ...?"Dengan ketenangan yang hanya dimiliki oleh orang suci, Khabbab menyahut:"Siapa lagi, hai Arab shahabatku ..., siapa lagi di antara kaum anda yang daripadanya terpancar kebenauan, dan dari tutur katanya bersinar-sinar cahaya selain ia seorang. ..?"Seorang lainnya yang bangkit terkejut mendengar itu berseru pula: "Rupanya yang kamu maksudkan ialah Muhammad...".Khabbab menganggukkan kepalanya yang dipenuhi kebanggaan serta katanya:"Memang, ia adalah utusan Allah kepada kita, untuk membebaskan kita dari kegelapan menuju terang benderang Dan setelah itu Khabbab tidak ingat lagi apa yang diucapkannya, begitu pun apa yang diucapkan orang kepadanya. · · · Yang diingatnya hanyalah bahwa setelah beberapa saat lamanya ia sadarkan diri dan mendapati tamu-tamunya telah bubar dan tak ada lagi, sedang tubuh bengkak-bengkak dan tulang-ulangnya terasa sakit, dan darahnya yang mengalir melumuri pakaian dan tubuhnya.Kedua matanya memandang berkeliling dengan tajam ..., kiranya tempat itu amat sempit untuk dapat melayani pandangan tembusnya. Maka dengan menahan rasa sakit, ia bangkit menuju tempat yang lapang, dan di muka pintu rumahnya ia berdiri sambil bersandar pada dinding, sedang kedua matanya yang mulia berkelana panjang menatap ufuk lalu berputar ke arah kanan kiri ....Dan tiadalah ia berhenti sampai jarak yang biasa dikenal oleh manusia, tetapi ia ingin hendak menembus jarak jauh yang tidak terjangkau ....Memang …. , kedua matanya itu ingin menyelidiki kejauhan yang tidak terjangkau dalam kehidupannya, begitu pun dalam kehidupan orang-orang di kota Mekah, orang-orang di setiap tempat serta pada segala masa umumnya ....Wahai, mungkinkah pembicaraan yang didengarnya dari Muhammad saw pada hari itu, merupakan cahaya yang dapat menerangi jalan menuju kejauhan ghaib dalam kehidupan seluruh ummat manusia...?Demikianlah Khabbab tnggeam dalam renungan tinggi dan pemikiran mendalam, dan setelah itu ia kembali masuk rumahnya untuk membalut luka tubuhnya dan mempersiapkannya untuk menerima siksaan dan pend~ritaan baru ....! Dan mulai saat itu Khabbab pun mendapatkan kedudukan yang tinggi di antara orang-orang yang tersiksa dan teraniaya ... ! Didapatkannya kedudukan itu di antara orang-orang yang walau pun mereka miskin dan tak berdaya, tetapi berani tegak menghadapi kesombongan Quraisy, kesewenangan dan kegilaan mereka Diperolehnya kedudukan yang mulia itu di antara orang-orang yang telah memancangkan dalam jiwanya tiang bendera yang mulai berkibar di ufuk luas sebagai pernyataan tenggelamnya masa pemujaan berhala dan kekaisaran. la berdampinjian dengan orang yang menyampaikan berita gembira munculnya kejayaan Agama Allah, yakni Tuhan satu-satunya yang berhak diibadahi dan segala peraturannya dengan ikhlas ditaati, serta menyampaikan tibanya saat jaya bagi orang tertindas yang tidak berdaya.Ia akan duduk sama rendah berdiri sama tinggi di bawah bendera tersebut dengan orang-orang yang tadinya telah memeras dan menganiayanya.. . .Dan dengan keberanian luar biasa, Khabbab memikul tanggung jawab semua itu sebagal seouang perintis."Berkatalah Sya'bi: Khabbab mcnunjukkan ketabahannya, hingga tak sedikit pun hatinya terpengaruh oleh tindakan biadab orang-orang kafir. Mereka menindihkan batu membara ke punggunb'nya, hingga terbakarlah dagingnya ... !"Kafir Quraisy telah merubah semua besi yang terdapat di rumah Khabbab yang dijadikannya sebagai bahan baku untuk membuat pedang, menjadi belenggu dan rantai besi. Lalu mereka masukkan ke dalam api hingga menyala dan merah membara, kemudian mereka lilitkan ke tubuh, pada kedua tangan dan kedua kaki Khabbab · · · Dan pernah pada suatu hari ia pergi bersama kawan-kawannya sependeritaan menemui Rasulullah saw. tetapi bukan karena kecewa dan kesal atas pengorbanan, hanyalah karena ingin dan mengharapkan keselamatan, kata mereka:"Wahai Rasulullah, tidakkah anda hendak memintakan pertolongan bagi kami ... ?"Yah, marilah kita dengarkan Khabbab menceritakan langsung kepada kita kisah itu dengan kata-katanya sendiri:"Kami pergi mengadu kepada Rasulullah saw. yang ketika itu sedang tidur berbantalkan kain burdahnya di bawah naungan Ka'bah. Permohonan kami kepadanya.· "Wahai Rasulullah, tidakkah anda hendak memohonkan kepada Allah pertolongan bagi hami...?" Rasulullah saw pun duduk, mukanya jadi merah, lalu sabdanya: "Dulu sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang disiksa, tubuhnya dikubur kecuali leher ke atas, lalu diambil sebuah gergaji untuk menggergaji kepalanya, tetapi siksaan demikian itu tidak sedikit pun dapal memalingkannya dari Agamanya ... ! Ada pula yang disikat antara daging dan tulang-tulangnya dengan sikat besi, juga tidak dapat menggoyahkan keimanannya .... Sungguh Allah akan menyempurnakan hal tersebut, hingga setiap pengembara yang bepergian dari Shan'a ke Hadlramaut, tiada tahut kecuali oleh Allah 'Azza wa Jalla, walaupun serigala ada di antara hewan gembalaannya, tetapi saudara-saudara terburu-buru……!!"Khabbab dengan kawan-kawannya mendengarkan kata-kata itu, bertambahlah keimanan dan.keteguhan hati mereka,dan masing-masing mereka berikrar akan membuktikan kepada Allah dan Rasul-Nya hal yang diharapkan dari mereka, ialah ketabahan, keshabaran dan pengurbanan.Demikianlah Khabbab menanggung penderitaan dengan shabar, tabah dan tawakkal. Orang-orang Quraisy terpaksa meminta bantuan Ummi Anmar, yakni bekas majikan Khabbab yang telah membebaskannya dari perbudakan. Wanita tersebut akhirnya turun tangan dan turut mengambil bagian dalam menyiksa dan menderanya.Wanita itu mengambil besi panas yang menyala, lalu menaruhnya di atas kepala dan ubun-ubun Khabbab, sementara Khabbab menggeliat kesakitan. Tetapi nafasnya ditahan hingga tidak keluar keluhan yang akan menyebabkan algojo-algojo tersebut merasa puas dan gembira... !Pada suatu hari Rasulullah saw lewat di hadapannya, sedang besi yang membara di atas kepalanya membakar dan menghanguskannya, hingga kalbu Rasulullah pun bagaikan terangkat karena pilu dan iba hati ....Tetapi apa yang dapat diperbuat oleh Rasulullah saw untuk menolong Khabbab waktu itu ... ? Tidak ada ..., kecuali meneguhkan hatinya dan mendu'akannya .... ! Pada saat itu Rasulullah mengangkat kedua belah telapak tangannya terkembang ke arah langit, sabdanya memohon:"Ya Allah, limpahkanlah pertolongan-Mu hepada Khabbab!"Dan kehendak Allah pun berlakulah, selang beberapa hari Ummi Anmar menerima hukuman qishas, seolah-olah hendak dijadikan peringatan oleh Yang Maha Kuasa balk bagi dirinya maupun bagi algojo-algojo lainnya. Ia diserang oleh semacam penyakit panas yang aneh dan mengerikan. Menurut keterangan ahli sejarah ia melolong seperti anjing. Dan dinasihatkan orang mengenai dirinya bahwa satu-satunya jalan atau obat yang dapat menyembuhkannya ialah menyeterika kepalanya dengan besi menyala ... ! Demikianlah kepalanya yang angkuh itu menjadi sasaran besi panas, yang disetrikakan orang kepadanya tiap pagi dan petangJika orang-orang Quraisy hendak mematahkan keimanan dengan siksa maka orang-orang beriman mengatasi siksaan itu dengan pengurbanan .... ! Dan Khabbab adalah salah seorang yang dipilih oleh taqdir untuk menjadi guru besar dalam ilmu tebusan dan pengurbanan ....Boleh dikata seluruh waktu dan masa hidupnya dibaktikannya untuk Agama yang panji-panjinya mulai berkibar....Di masa-masa da'wah pertama, Khabbab r.a. tidak merasa cukup dengan hanya ibadat dan shalat semata, tetapi ia juga memanfaatkan kemampuannya dalam mengajar. Didatanginya rumah sebagian temannya yang beriman dan menyembunyikan keislaman mereka karena takut kekejaman Quraisy, lalu dibacakannya kepada mereka ayat-ayat al-Quran dan diajarkannya. Ia mencapai kemahiran dalam belajar al-Quran yang diturunkan ayat demi ayat dan surat demi surat. Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan mengenai dirinya, bahwa Rasuiullah saw pernah bersabda: "Barangsiapa ingin membaca al-Quran tepat sebagaimana diturunkan, hendaklah ia meniru bacaan Ibnu Ummi 'Abdin!" ...,hingga Abdullah bin Mas'ud menganggap Khabbab sebagai tempat bertanya mengenai soal-soal yang bersangkut paut dengan al-Quran, baik tentang hafalan maupun pelajarannya.Khabbab adalah juga yang mengajarkan al-Quran kepada Fathimah binti Khatthab dan suaminya Sa'id bin Zaid ketika mereka dipergoki oleh Umar bin Khatthab yang datang dengan pedang di pinggang untuk membuat perhitungan dengan Agama Islam dan Rasulullah saw. Tetapi demi dibacanya ayat-ayat alQuran yang termaktub pada lembaran yang dipergunakan oleh Khabbab untuk mengajar, ia pun berseru dengan suaranya yang barkah: "Tunjukkan kepadaku di mana Muhammad saw....."Dan ketika Khabbab mendengar ucapan Umar itu, ia pun segera keluar dari tempat persembunyiannya, serunya:"Wahai Umar! Demi Allah, saya berharap kiranya kamulah yang telah dipilih oleh Allah dalam memperkenankan permohonan Nabi-Nya saw. Karena kemarin saya dengar ia memohon:"Ya Allah, Kuathanlah Agama Islam dengan salah seorang di antara dua lelaki yang lebih Engkau sukai: Abul Hakam bin Hisyam dan Umar bin Khatthab ... !"Umar segera menyahut: "Di mana saya dapat menemuinya sekarang ini, hai Khabkab?" "Di Shafa", ujar Khabbab, "yaitu di rumah Arqam bin Abil Arqam". Maka pergilah Umar mendapatkan keuntungan yang tidak terkira, menemui awal nasibnya yang bahagiaKhabbab ibnul Arat menyertai Rasulullah saw. dalam semua peperangan dan pertempurannya, dan selama hayatnya ia tetap membela keimanan dan keyakinannya....Dan ketika Baitulmal melimpah ruah dengan harta kekayaan di masa pemerintahan Umar dan Utsman radliyallahu 'anhuma, maka Khabbab beroleh gaji besar, karena termasuk golongan Muhajirin yang mula pertama masuk Islam.Penghasilannya yang cukup ini memungkinkannya untuk membangun sebuah rumah di Kufah, dan harta kekayaannya disimpan pada suatu tempat di rumah itu yang dikenal oleh para shahabat dan tamu-tamu yang memerlukannya, hingga bila di antara mereka ada sesuatu keperluan, ia dapat mengambil uang yang diperlukannya dari tempat itu ..Walaupun demikian, Khabbab tak pernah tidur nyenyak dan tak pernah air matanya kering setiap teringat akan Rasulullah saw dan para shahabatnya yang telah membaktikan hidupnya kepada Allah. Mereka beruntung telah menemui-Nya sebelum pintu dunia dibukakan bagi Kaum Muslimin dan sebelum harta kekayaan diserahkan ke tangan mereka.Dengarkanlah pembicaraannya dengan para pengunjung yang datang menjenguknya ketika ia r.a.· dalam sakit yang membawa ajalnya. Kata mereka kepadanya: "Senangkanlah hati anda wahai Abu Abdillah, karena anda akan dapat menjumpai teman-teman sejawat anda..;. !"Maka ujarnya sambil menangis:"Sungguh, saya tidak merasa kesal atau kecewa, tetapi tuan-tuan telah mengingatkan saya kepada para shahabat dan sanak saudara yang telah pergi mendahului kita dengan membawa semua amal bakti mereka, sebeiuin mereka mendapatkan ganjaran di dunia sedikit pun juga ... ! Sedang kita .., kita masih tetap hidup dan beroleh kekayaan dunia, hingga tak ada tempat untuk menyimpannya lagi kecuali tanah."Kemudian ditunjuknya rumah sederhana yang telah dibangunnya itu, lalu ditunjuknya pula tempat untuk menaruh harta kekayaan, serta katanya:"Demi Allah, tak pernah saya menutupnya walau dengan sehelai benang, dan tak pernah saya halanginya terhadap yang meminta.... !"Dan setelah itu ia menoleh kepada kain kafan yang telah disediakan orang untuknya. Maka ketika dilihatnya mewah dan berlebih-lebihan, katanya sambil mengalir air matanya:"Lihatlah ini kain kafanku ……..!Bukankah kain kafan Hamzah paman Rasulullah saw ketika gugur sebagai salah seorang syuhada hanyalah burdah berwarna abu-abu, yang jika ditutupkan ke kepalanya terbukalah kedua ujung kakinya, sebaliknya bila ditutupkan ke ujung kakinya, terbukalah kepalanya.... ?"Khabbab berpulang pada tahun 37 Hijriah. Dengan demikian ahli membuat pedang di masa jahiliyah telah tiada lagi. Demikian halnya guru besar dalam pengabdian dan pengurbanan dalam Islam telah berpulangLaki-laki yang termasuk dalam jama'ah yang diturunkan al-Quran untuk membelanya, dan yang dilindungi sewaktu sebagian para bangsawan Quraisy menuntut agar Rasulullah saw menyediakan untuk menerima mereka pada suatu hari tertentu, sedang bagi orang-orang miskin seperti Khabbab, Shuhaib dan Bilal suatu hari tertentu pula ....Kiranya al-Quranul Karim merangkul laki-laki hamba Allah itu dengan penuh kemuliaan dan kehormatan, sementara ayat-ayatnya berkumandang menyatakan kepada Rasul yang mulia seperti berikut:Dan janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya sepanjang pagi dan petang, mereka itu mengharap keridhaan-Nrya ... ! Enghau sedikit pun tidak diminta pertanggungjauraban yang menjadi perhitungan bagi mereka. Begitu pun perhitungan bagimu tidah akan dimintakan tanggung jawab mereka sedihit pun. Apabila engkau mengusir mereka, pasti engkau termasuk orang-orang dhalim.Demihianlah Kami uji sebagian mereka dengan sebagian lainnya, sehingga mereka berkata: Itukah orang-orang yang diberi karunia oleh Allah di antara kita ... ? (Allah berfirman): Tidakkah Allah lebih mengetahui orang-orang yang bersyuhur... ?Dan jika datang kepadamu orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, ucapkanlah kepada mereka:Selamat bahagia bagi kalian, Tuhan kalian telah mewajibkan diri-Nya rasa kasih sayang.... ! (Q.S. 6 al-An'am: 52 - 54)Demikianlah setelah turunnya ayat ini, maka Rasulullah saw. amat memuliakan mereka, dibentangkannya untuk mereka kainnya, dan dirangkulrya bahu mereka serta sabdanya: "Selamat datang bagi orang-orang yang dirihu diberi washiat oleh Allah untuk memperhatikan mereka !"Sungguh, salah seorang putera terbaik dari masa wahyu dan generasi pengurbanan telah wafatMungkin kata-kata terbaik yang kita ucapkan untuk melepas tokoh ini, ialah apa yang diucapkan oleh Imam Ali karamallahu wajhah ketika ia kembali dari perang Shiffin dan kebetulan pandangannya jatuh atas sebuah makam yang basah dan segar, maka tanyanya: "Makam siapa ini ... ?" "Makam Khabbab", ujar mereka. Maka lama sekali ia merenunginya dengan hati khusyu' dan duka, lain katanya:"Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Khabab…….!Yang dengan ikhlas menganut Islam dengan penuh semangat……Mengikuti hijrah semata-mata karena taat……Seluruh hidupnya dibaktikan dalam perjuangan membasmi ma'siat…."sumber : www.al-sofwa.or.id
Malik bin Dinar
Inilah salah satu profil seorang yang shalih pada zaman dahulu yang sangat pantas untuk kita renungkan dan kita contoh dalam diri kita masing-masing. Diriwayatkan dari Malik bin Dinar, bahwasanya dia pernah ditanya tentang latar belakang dari tobatnya. Malik bin Dinar kemudian bertanya, “Dahulu aku adalah seorang polisi yang dalam keseharianku selalu kulalui dengan bermabuk-mabukan (minuman arak). Pada suatu ketika aku membeli seorang budak wanita yang amat cantik dan aku pun mencintainya. Aku pun melakukan hubungan layaknya suami – istri dengannya, hingga dia pun melahirkan seorang anak wanita dan aku sangat mencintainya. Ketika anakku mulai dapat merangkak, rasa sayangku semakin bertambah kepadanya. Kami saling mencintai.” Malik bin Dinar melanjutkan kisahnya lagi, “Suatu ketika aku meletakkan minuman yang memabukkan di hadapanku. Tiba-tiba dia datang menabrakku hingga aku pun terjatuh tepat di atas minuman keras, pakaianku terguyur oleh tumpahan air minuman keras tersebut. Setelah anakku menginjak usia dua tahun, dia panggil menghadap-Nya, sehingga membuatku sangat sedih.” “Suatu malam, tepat tanggal lima belas bulan sya’ban (Nishfu Sya’ban), dimana pada malam itu tepat pada hari kamis malam, kuhabiskan seluruh malam dengan menegak minuman keras hingga akupun tertidur dan tidak sempat lagi menunaikan shalat isya’. Dalam tidurku, aku bermimpi seakan-akan hari kiamat telah tiba, terompet telah ditiup, orang-orang yang ada di alam kubur telah dibangkitkan, semua mahluk telah dikumpulkan dan aku termasuk di antara mereka. Tiba-tiba aku mendengar suara berdesis pelan dari belakangku dan aku pun menengoknya yang ternyata itu adalah suara ular naga yang sangat besar, warna hitam kebiru-biruan. Ular naga itu seakan-akan siap menerkamku, karenanya aku pun lari tunggan-langgang ketakutan. Saat melarikan diri itu, aku sempat berpapasan dengan seseorang yang berusia lanjut dengan pakaian bersih dan menebarkan aroma wangi. Aku lalu memberikan salam kepadanya dan dia pun membalas salamku itu. Aku pun berkata, ‘Wahai syeikh, tolong selamatkan aku dari ular naga itu, semoga Anda juga diselamatkan oleh Allah... !’ Mendengar permintaanku ini, orang itu pun menangis seraya berkata kepadaku, ‘Aku adalah orang yang lemah, sedang ular naga itu lebih kuat daripada diriku, karenanya mustahil aku dapat mengalahkannya. Sekarang cepatlah pergi dari tempat ini, semoga Allah segera memberikan keselamatan kepadamu !’ Akupun berlari meninggalkannya hingga akhirnya aku sampai di perbukitan kiamat, yang ternyata telah memperlihatkan tingkatan-tingkatan neraka. Dari tempat itu aku dapat menyaksikan hal-hal yang mengerikan yang terjadi di dalam neraka. Terdorong oleh rasa takut yang berlebihan atas kejaran ular naga itu, nyaris menggelincirkanku ke dalam neraka. Ketika aku masih dicekam ketakutan, tiba-tiba datang seruan kepadaku, ‘Kembalilah kamu, kamu tidak termasuk penghuninya!’ Oleh karena itu, aku menjadi tenang dan kembali turun menyusuri bukit yang tentu aku kembali dikejar oleh si ular naga. Aku pun menemui orang tua yang pernah kutemui seraya berkata, ‘Wahai syeikh, bukankah aku pernah memohon pertolongan kepada Anda, akan tetapi Anda tidak dapat menolongku. Sekarang tolonglah aku!’ Mendengar permintaanku untuk kedua kalinya, orang tua tersebut kembali menagis dan berkata, ‘Aku adalah orang lemah, cobalah pergi ke gunung itu, karena di sana ada beberapa titipan bagi orang-orang Islam. Jika di sana kamu mempunyai sebuah titipan, niscaya dia akan dapat menolongmu!” Malik bin Dinar pun melanjutkan kembali ceritanya, “Aku lalu melihat ke arah sebuah gunung berbentuk bulat yang terbuat dari perak. Di gunung tersebut terdapat beberapa lubang tembus cahaya dan ada juga beberapa buah tabir bergelantungan. Pada setiap pintu kecil maupun gerbangnya itu terdapat dua buah daun pintu yang terbuat dari emas berwarna merah dilengkapi dengan beberapa buah Yaqut berhiaskan mutiara. Pada setiap daun pintu itu terdapat sebuah korden sutera. Aku pun segera berlari menuju ke gunung tersebut, sementara ular naga itu masih tetap saja mengikutiku dari belakang. Sesaat ketika hampir mendekati gunung tersbut, berserulah seorang malaikat, ‘Angkatlah korden-korden itu dan bukalah daun-daun pintunya serta biarkanlah dia melihatnya dari atas ! Mungkin orang yang celaka ini mempunyai sebuah titipan yang dapat menyelamatkannya dari musuhnya itu.’ Setelah sang malaikat berkata demikian, seketika itu pula semua korden terangkat dan pintu-pintu terbuka, melalui lubang-lubang pintu itu tampak olehku beberapa anak kecil yang wajah mereka bagaikan rembulan. Ular naga besar itupun mendekatiku dan aku menjadi kebingungan. Sebagian anak-anak yang ada di dalam sana itupun berteriak, ‘Celaka, mari kita naik semua, orang itu telah didekati musuhnya!’ Mendengar teriakan itu, semua anak-anak kecil tadi, kelompok demi kelompok, naik mendekat kepadaku dan tiba-tiab aku bertemu dengan anak gadisku yang telah meninggal dunia itu ada di antara mereka. Ketika putriku melihatku, menangislah dia seraya berkata, ‘Ayah, demi Allah!’ Setelah berkata demikian, secepat kilat putriku melompat ke atas sebuah piringan yang terbuat dari cahaya seperti kilatan busur panah dan bergerak mendekatiku. Selanjutnya, dia pun menarik kedua tanganku dalam genggamannya, sementara aku sedang bergelantungan, tangan kanannya dipergunakan untuk menghalau ular naga itu dari sana. Putriku lalu menyilakan aku duduk, dan dia pun duduk di pangkuanku sambil tangannya meraba jenggotku, dan berkata, ‘Wahai Ayah, belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah?’ (Q.S. Al-Hadid : 16) Mendengar perkataan putriku ini, aku pun menangis dan berkata, ‘Kamu telah mengetahui Al-Qur’an?’ ‘Ayah, aku lebih tahu tentang Al-Qur’an daripada Ayah,’ jawab putriku. Kepadaku, dia kemudian menceritakan perihal ular naga besar yang hendak membinasakanku tadi, ‘itulah amal jelek Ayah yang dominan. Dia bermaksud menenggelamkan Ayah ke dalam neraka jahanam.’ Dia juga menceritakan perihal orang tua yang kujumpai di jalan, ‘Ayah, itulah amal baik Ayah yang begitu lemah, sehingga dia tiada berdaya sama sekali untuk mengalahkan amal kejelekan Ayah.’ ‘Apa yang sedang kamu lakukan di gunung ini?’ tanyaku lagi kepadanya. ‘Kami adalah anak-anak kecil orang-orang islam yang telah ditempatkan di sini hingga hari kiamat nanti. Kami semua telah siap untuk memberikan pertolongan kepada orangtua kami semua’.” Malik bin Dinar kemudian melanjutkan ceritanya, “Ketika itu aku terperanjat dari tidur lelapku dan sejak pagi itulah kubuang semua minuman kerasku dan menghancurkan semua botolnya. Akupun segera bertobat kepada Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi. Inilah sebab-musabab aku bertobat kepada Allah swt.” ( Sumber : Mereka Yang Kembali, Ragam Kisah Taubatan Nashuha, Ibnu Qudamah - hal : 265)

No comments: